Berpulangnya Raja Solo PB XIII, Kini Warga Solo Tengah Berduka
Berpulangnya Raja Solo PB XIII Sri Susuhunan Pakubuwono XIII, Raja Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Pada Usia 77 Tahun. Beliau menghembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Indriati, Solo Baru, setelah menjalani perawatan intensif sejak September 2025. Kepergian PB XIII bukan hanya kehilangan bagi keluarga keraton, tetapi juga bagi seluruh masyarakat Jawa yang selama ini menghormati beliau sebagai simbol keagungan, kebijaksanaan, dan penjaga tradisi budaya. Sri Susuhunan Pakubuwono XIII, yang memiliki nama lahir Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Hangabehi, adalah putra sulung dari PB XII. Sejak naik takhta, beliau di kenal sebagai sosok yang teguh menjaga warisan leluhur dan nilai-nilai luhur budaya Jawa di tengah arus modernisasi. Dalam masa kepemimpinannya, PB XIII berupaya menjadikan Keraton Surakarta bukan sekadar simbol masa lalu, tetapi juga pusat budaya yang hidup dan relevan dengan perkembangan zaman.
Sikap bijak PB XIII dalam menghadapi berbagai di namika internal keraton menjadi cermin kebesaran jiwanya. Meskipun sempat menghadapi perpecahan di lingkungan keluarga kerajaan, beliau tetap mengedepankan sikap damai dan musyawarah. Bagi masyarakat Jawa, PB XIII di kenal sebagai sosok raja yang tenang, penuh wibawa, dan selalu menempatkan harmoni sebagai landasan dalam setiap langkahnya. Kepribadiannya yang sederhana namun berkarisma membuat banyak pihak menghormatinya, baik di kalangan bangsawan maupun rakyat biasa Berpulangnya.
Rencana pemakaman beliau di kompleks pemakaman Raja-Raja Mataram, Imogiri, Yogyakarta, menjadi simbol penghormatan terakhir bagi seorang tokoh besar. Prosesi kirab jenazah dari Keraton Kasunanan menuju Imogiri akan menjadi momen penuh makna, bukan hanya sebagai bentuk duka, tetapi juga penghormatan terhadap nilai-nilai adat dan spiritualitas Jawa Berpulangnya.
Banyak Pengguna Media Sosial Di Solo Menulis Pesan Belasungkawa
Kabar meninggalnya Sri Susuhunan Pakubuwono XIII menggema luas di berbagai platform media sosial, terutama di kalangan warga Solo dan pecinta budaya Jawa. Tagar #PBXIII dan #RajaSoloWafat menjadi trending di X (Twitter) dan Instagram beberapa jam setelah berita duka di umumkan oleh pihak Keraton Kasunanan Surakarta. Warga net dari berbagai lapisan masyarakat mengekspresikan rasa kehilangan mendalam atas kepergian sosok yang mereka anggap sebagai penjaga terakhir kejayaan adat dan tradisi Jawa.
Banyak Pengguna Media Sosial Di Solo Menulis Pesan Belasungkawa yang disertai doa dan foto-foto kenangan saat PB XIII menghadiri acara adat atau kegiatan budaya. Salah satu warganet menulis, “Beliau adalah raja yang penuh wibawa, tidak hanya untuk keraton tapi juga untuk masyarakat Solo. Semoga arwah beliau di terima dengan tenang di sisi Tuhan.” Ungkapan serupa juga memenuhi kolom komentar berbagai media lokal seperti Solopos dan Radar Solo, yang memberitakan kabar duka ini.
Selain rasa kehilangan, sebagian warga net juga menyoroti peran besar PB XIII dalam menjaga eksistensi Keraton Kasunanan Surakarta di tengah modernisasi. Mereka mengingat bagaimana PB XIII tetap berupaya menghidupkan upacara adat seperti Sekaten, Tingalan Jumenengan, dan berbagai kegiatan kebudayaan lain yang mengundang antusiasme masyarakat. Banyak yang menilai beliau sebagai figur pemersatu yang selalu mengedepankan keluhuran budi dan ketenangan dalam menghadapi perbedaan di lingkungan keraton.
Beberapa komentar juga mengandung refleksi spiritual yang mendalam. Seorang warga net menulis, “PB XIII bukan sekadar raja, tetapi guru kehidupan. Dari beliau, kita belajar tentang kesabaran dan pentingnya menjaga warisan leluhur.” Ungkapan semacam ini menggambarkan betapa kuatnya pengaruh PB XIII terhadap pandangan hidup masyarakat Solo yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai budaya Jawa.
Berpulangnya PB XIII Tentu Meninggalkan Kesedihan Mendalam
Hubungan yang harmonis ini juga berdampak pada keberlanjutan budaya dan identitas Solo. Dengan dukungan PB XIII, masyarakat merasa memiliki tanggung jawab untuk melestarikan adat dan tradisi. Mereka tidak hanya menikmati kemegahan acara keraton, tetapi juga terlibat aktif dalam menjaga nilai-nilai luhur Jawa. Berpulangnya PB XIII Tentu Meninggalkan Kesedihan Mendalam, namun warisan hubungan yang kuat antara raja dan rakyat ini tetap hidup dalam masyarakat Solo.
Sri Susuhunan Pakubuwono XIII di kenal bukan hanya sebagai pemimpin Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, tetapi juga sebagai sosok yang memiliki hubungan erat dengan masyarakat Solo. Sejak naik takhta, PB XIII berupaya membangun ikatan yang harmonis antara keraton dan warga, menjadikan dirinya sebagai simbol keseimbangan antara adat istiadat dan kebutuhan masyarakat modern. Hubungan ini tercermin dalam berbagai kegiatan budaya, sosial, dan keagamaan yang melibatkan masyarakat luas.
Salah satu bentuk hubungan PB XIII dengan rakyat adalah partisipasinya dalam acara-acara adat yang bersifat publik. Upacara seperti Sekaten, Tingalan Jumenengan, dan Grebeg selalu melibatkan warga Solo, baik dalam pelaksanaan maupun sebagai penonton yang turut merasakan nuansa spiritual dan budaya. Dengan hadir langsung dalam berbagai kegiatan ini, PB XIII menunjukkan bahwa keraton bukanlah institusi yang terpisah dari rakyat. Melainkan bagian dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Kehadirannya memberi kesan hangat dan mendekatkan jarak antara raja dan rakyat biasa. Selain aspek budaya, PB XIII juga aktif dalam kegiatan sosial yang menyentuh kehidupan warga. Selama masa pemerintahannya, beliau mendukung program-program pendidikan dan pelestarian budaya Jawa di tingkat lokal. Beliau sering mengundang pelajar, seniman, dan tokoh masyarakat untuk berdialog, berbagi ilmu.
Disambut Dengan Rasa Kehilangan Mendalam Oleh Seluruh Jajaran Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat
Kabar duka wafatnya Sri Susuhunan Pakubuwono XIII Disambut Dengan Rasa Kehilangan Mendalam Oleh Seluruh Jajaran Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Pihak istana menyampaikan penghormatan tertinggi bagi PB XIII sebagai raja yang telah mengabdikan hidupnya. Untuk menjaga kelestarian tradisi, budaya, dan keharmonisan masyarakat Solo. Pernyataan resmi dari pihak keraton menekankan bahwa kepergian PB XIII adalah kehilangan besar tidak hanya bagi keluarga kerajaan. Tetapi juga bagi seluruh komunitas keraton dan masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai Jawa.
Dalam rilis resmi, pihak istana menegaskan bahwa PB XIII selama masa pemerintahannya di kenal. Sebagai sosok pemimpin yang bijaksana, ramah, dan penuh perhatian. Beliau selalu menempatkan kepentingan masyarakat dan kelestarian budaya sebagai prioritas utama. Istana menyoroti komitmen beliau dalam menghidupkan berbagai upacara adat, seperti Sekaten, Tingalan Jumenengan, dan Grebeg. Yang menjadi bagian penting dari identitas keraton dan simbol kekayaan budaya Jawa. Kehadiran PB XIII dalam acara-acara tersebut bukan hanya bersifat simbolik. Tetapi juga menunjukkan keterlibatan aktif dalam membina hubungan harmonis antara keraton dan rakyat.
Pihak istana juga menegaskan bahwa proses pemakaman PB XIII akan mengikuti tradisi adat keraton secara ketat. Rencananya, jenazah beliau akan di kirab dari Keraton Kasunanan Surakarta menuju kompleks pemakaman Raja-Raja Mataram di Imogiri, Yogyakarta. Prosesi ini akan melibatkan seluruh keluarga kerajaan, pejabat istana, dan masyarakat yang ingin memberikan penghormatan terakhir. Istana menekankan pentingnya mengikuti tata cara adat yang telah di wariskan turun-temurun. Sebagai bentuk penghormatan kepada almarhum dan simbol kesinambungan budaya. Selain itu, pihak istana menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh masyarakat. Yang telah memberikan doa dan dukungan selama masa sakit PB XIII. Mereka menekankan bahwa kepergian raja bukanlah akhir dari tradisi dan nilai-nilai yang beliau perjuangkan Berpulangnya.