Romo Magnis, Filsuf Yang Di Periksa Dalam Sidang Pilpres

Romo Magnis, Filsuf Yang Di Periksa Dalam Sidang Pilpres
Romo Magnis, Filsuf Yang Di Periksa Dalam Sidang Pilpres

Romo Magnis Memberikan Penjelasan Tentang Etika Yang Harus Di Miliki Oleh Seorang Presiden Dalam Sidang Sengketa Pilpres Di MK. Profesor Filsafat dan Etika di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Franz Magnis Suseno, yang lebih di kenal sebagai Romo Magnis, memainkan peran penting sebagai saksi ahli dalam sidang lanjutan mengenai perselisihan hasil Pemilihan Umum Presiden 2024 di Mahkamah Konstitusi (MK) pada hari Selasa, 2 April 2024. Dalam sidang yang sangat di tunggu-tunggu ini, Romo Magnis menghadirkan sudut pandang yang dalam dan kritis terkait dengan isu-isu kompleks yang terjadi dalam konteks pilpres tersebut. Salah satu aspek yang di tekankan oleh Romo Magnis adalah prinsip-prinsip etika politik yang seharusnya menjadi landasan bagi seorang pemimpin negara, terutama Presiden. Dengan pengalaman dan pengetahuannya yang luas dalam bidang filsafat dan etika, dalam hal ini ia menguraikan pentingnya integritas, kejujuran, dan tanggung jawab moral yang harus di miliki oleh seorang pemimpin yang di percaya untuk memimpin negara.

Dia menyoroti betapa pentingnya menjad prinsip-prinsip moral dalam setiap keputusan dan tindakan yang di ambil oleh seorang pemimpin. Terutama, dalam hal konteks yang penuh tekanan dan perselisihan seperti dalam sengketa pilpres. Selain itu, Romo Magnis juga menyinggung masalah penggunaan bantuan sosial (bansos) yang di ekploitasi untuk kepentingan politik atau golongan tertentu. Dia menegaskan bahwa bantuan sosial seharusnya di gunakan membantu masyarakat secara adil dan merata. Di satu sisi, bukan hanya sebagai alat politik yang di manfaatkan untuk keuntungan pribadi atau kelompok.

Namun, dalam proses pemeriksaan oleh hakim konstitusi dan pihak-pihak terkait, Romo Magnis menghadapi sejumlah pertanyaan yang memerlukan jawaban mendalam. Dengan kata-kata bijaksananya, Romo Magnis mengingatkan bahwa usianya yang sudah lanjut bisa memengaruhi kapasitasnya untuk mengingat semua hal dengan sempurna. Sehingga, pengertian dan kesabaran dari semua pihak sangatlah di harapkan dalam proses pengadilan ini.

Tentang Romo Magnis

Franz Magnis, yang memiliki nama lengkap Maria Franz Anton Valerian Benedictus Ferdinand von Magnis, lahir di Nurnberg, Jerman, pada 26 Mei 1936. Sebagai anak sulung dari enam bersaudara, ia memiliki latar keturunan dari Dr. Ferdinand Graf von Magnis dan Maria Anna Grafin von Magnis. Hal ini yang memberikan pondasi kuat bagi identitas dan warisan keluarganya. Sebagai seorang tokoh yang berpengaruh, Franz telah mengukir namanya dalam pelayanan kepada umat Katolik dan dunia akademis. Terutama, melalui perannya sebagai seorang pengajar yang memotivasi dan menginspirasi banyak orang.

Latar belakang keluarga ayah Romo Magnis menambah dimensi khusus dalam pemahaman tentang perjalanan hidupnya. Keluarga tersebut memiliki akar bangsawan denga kepemilikan wilayah hutan di Silesia, Jerman Timur. Namun, peristiwa Perang Dunia II mengubah segalanya. Wilayah keluarga yang subur berpindah tangan ke Polandia, dan keluarga Franz kehilangan harta benda serta tanah warisannya. Mereka menjadi bagian dari tragedi yang di alami oleh 14 juta orang Jerman yang terpaksa di usir dari Eropa Timur karena dampak perang.

Pengalaman sulit masa pengungsian dan kehilangan harta warisan tidak hanya menandai perjalanan hidup Romo Magnis. Tetapi, ia juga membentuk karakternya. Keteguhan dan semangatnya tidak tergoyahkan meskipun mereka terpaksa tidur dengan perut kosong setiap malam. Itulah momen-momen yang membentuk ke dalaman empati dan pemahaman yang mendalam tentang penderitaan manusia yang menderita di bawah bayang-bayang konflik dan perang.

Melalui perjalanan hidupnya yang penuh liku dan tantangan, Franz Magnis menjadi saksi hidup dari kekuatan kemanusiaan yang teguh dalam menghadapi cobaan. Kisah hidupnya menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang. Hal ini tidak hanya dalam konteks agama dan akademis, tetapi juga sebagai teladan tentang ketabahan dan keberanian di tengah kesulitan. Tentang Romo Magnis, perjalanan hidupnya merupakan cerminan dari keberanian dan semangat kemanusiaan yang luar biasa. Hal ini untuk  memotivasi orang-orang untuk mencari keadilan dan kebaikan bahkan dalam situasi yang paling sulit.

Pendidikan Dan Pengalaman Karirnya

Franz Magnis, yang sering di sebut Romo Magnis, mengalami masa sulit awalnya karena keuangan keluarganya yang kurang stabil dalam membangun Pendidikan Dan Pengalaman Karirnya. Namun, ketidaksetujuan orangtuanya tidak menghalangi semangatnya untuk mengejar pendidikan. Dia memilih untuk melanjutkan pendidikannya di St. Blasien Jesuit College, tempat dia lulus pada tahun 1955. Kemudian, dia bergabung dengan Ordo Yesuit dan menekuni jalan rohani sebagai imam Katolik. Awal langkahnya di anggap berisiko oleh keluarganya, tetapi keputusannya membawa dampak positif dalam perjalanan hidupnya. Selama dua tahun pertamanya di Ordo Yesuit, dia memusatkan perhatiannya pada pengembangan spiritual di Neuhauseun. Di satu sisi ia sambil memperdalam pemahaman filsafat di dekat Munich hingga tahun 1960.

Sebelum menyelesaikan pendidikannya, ia berhasil merah gelar Sarjana dalam bidang filsafat dan kemudian melanjutkan studinya untuk memperoleh gelar Lisensiatur. Pada usia 25 tahun, pada tahun 1961, Romo Magnis memutuskan untuk memulai tugasnya sebagai misionaris Ordo Yesuit di Indonesia. Di sana, ia terus menggali ilmu dalam bidang filsafat dan teologi. Selama enam tahun tinggal di Indonesia, ia aktif sebagai pastor dan terlibat dalam kegiatan pelayanan masyarakat. Setelah itu, ia kembali ke Jerman untuk melanjutkan studinya, khususnys untuk meraih gelar doktor dalam bidang filsafat.

Pada tahun 1969, bersama dengan beberapa rekannya dari Ordo Fransiskan, Romo Magnis memimpin pendirian Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara (STF Driyarkara) di Indonesia. Ini menjadi tonggak penting dalam pengabdian pendidikannya di Indonesia. Selain itu, ia juga produktif dalam menulis dan menghasilkan sejumlah karya filsafat yang terkenal. Penghargaan tertinggi atas kontribusinya dalam bidang filsafat dan pendidikan di berikan kepadanya oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2015. Hal ini menegaskan pengaruh besar yang telah dia miliki dalam memajukan pemikiran filsafat di Indonesia. Pada tahun 2022, perannya sebagai saksi ahli dalam sebuah kasus memberikan sorotan baru atas kemampuannya dalam menerapkan pengetahuannya untuk kepentingan keadilan.

Sebagai Saksi Ahli Untuk Pihak Ganjar-Mahfud

Romo Magnis kembali Sebagai Saksi Ahli Untuk Pihak Ganjar-Mahfud dalam sidang Mahkamah Konstitusi (MK) yang membahas hasil Pilpres 2024. Dalam kesaksiannya, ia mengungkap beberapa dugaan pelanggaran yang terjadi selama proses pemilihan tersebut. Salah satunya adalah pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden yang menimbulkan kontroversi karena di nilai memiliki konflik kepentingan. Ia juga menyoroti kecenderungan Presiden Jokowi yang di sebutnya memberikan dukungan lebih kepada salah satu kandidat. Serta, juga ada tuduhan nepotisme yang muncul dalam proses tersebut.

Selain itu, Romo Magnis mengkritisi penyaluran bantuan sosial (bansos) secara besar-besaran menjelang pemilihan yang di anggapnya sebagai upaya untuk memengaruhi opini publik. Ia juga menyoroti adanya manipulasi yang terlihat dalam berbagai tahapan pemilu, mulai dari kampanya hingga proses penghitungan suara.

Dalam pandangannya, seorang presiden seharusnya bertindak dengan etika yang tinggi dan tidak memihak pada pihak tertentu selama masa jabatannya. Ia menegaskan bahwa penggunaan kekuasaan untuk kepetingan pribadi atau kelompok tertentu dapat menjadikan tindakan presiden tersebut mirip dengan pimpinan organisasi mafia. Ini juga mengingatkan bahwa prinsip-prinsip moral dan etika yang mengatur tindakan seorang presiden telah di uraikan dengan jelas dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1946. Dengan demikian, dalam kasus Ganjar-Mahfud, penggunaan kekuasaan untuk kepentingan tertentu dapat mengancam integritas demokrasi dan prinsip-prinsip yang di tegakkan oleh konstitusi, seperti yang di tegaskan oleh Romo Magnis.

Exit mobile version