Perilaku Selingkuh, Apakah Ada Dari Gen Genetik?

Perilaku Selingkuh, Apakah Ada Dari Gen Genetik?
Perilaku Selingkuh, Apakah Ada Dari Gen Genetik?
Perilaku Selingkuh, Apakah Ada Dari Gen Genetik?

Perilaku Selingkuh Merupakan Salah Satu Fenomena Kompleks Di Dalam Hubungan Antar Sesama Manusia Yang Melibatkan segala Perasaan. Dan bisa jadi Perilaku Selingkuh terjadi ketika seseorang terlibat secara emosional atau fisik dengan orang lain di luar hubungan monogamis yang sudah ada. Maka dari itu hal ini seringkali menimbulkan konflik, kebingungan, dan penderitaan dalam hubungan yang terlibat.

Dengan cara memahami Perilaku Selingkuh, para ilmuwan telah mencoba untuk membedah faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti faktor genetik. Akan tetapi sangat penting untuk di ingat bahwa tindakan selingkuh tidak dapat di turunkan secara langsung dari gen-gen tertentu. Namun akan lebih tepatnya, perilaku ini sangat kompleks dan di pengaruhi oleh interaksi antara beberapa faktor. Contohnya seperti faktor genetik, lingkungan, pengalaman hidup, serta keadaan psikologis dan emosional individu.

Dan bahkan selain itu juga terdapat salah satu aspek yang sering di kaitkan dengan perilaku selingkuh adalah faktor genetik. Di mana aspek ini yang berhubungan dengan sifat-sifat seperti impulsivitas, tingkat hormon, dan kecenderungan terhadap risiko. Nah contoh misalnya, penelitian telah menunjukkan bahwa variasi genetik tertentu yang mempengaruhi neurotransmitter tertentu. Di mana misalnya seperti dopamin dan serotonin, dapat berperan dalam pengaturan impulsivitas seseorang. Dan pada setiap individu dengan kecenderungan genetik untuk impulsivitas yang tinggi mungkin lebih rentan terhadap perilaku selingkuh karena mereka cenderung untuk bertindak tanpa memikirkan konsekuensi jangka panjang.

Serta juga terdapat faktor genetik yang dapat mempengaruhi tingkat kepuasan dalam hubungan. Banyak sekali studi yang menjelaskan tentang gen-gen yang terkait dengan sistem neurotransmitter yang terlibat dalam pengalaman kenikmatan. Maka contohnya seperti dopamin dan oksitosin, yang menunjukkan bahwa variasi genetik dalam sistem. Sehingga hal ini mungkin dapat mempengaruhi seberapa baik seseorang merasa terhubung dengan pasangan mereka. Nah setiap individu dengan polimorfisme genetik tertentu mungkin lebih sulit merasakan kepuasan dalam hubungan monogamis mereka. Hingga di saat yang pada gilirannya dapat meningkatkan risiko selingkuh.

Perilaku Selingkuh Menurut Penelitian

Dalam dekade terakhir, tindakan selingkuh ini telah menarik banyak para ilmuwan untuk melakukan penelitian. Dan oleh sebab itu, Perilaku Selingkuh Menurut Penelitian ini mencakup berbagai disiplin ilmu, termasuk psikologi, sosiologi, antropologi, dan juga biologi evolusioner. Dengan melalui berbagai pendekatan metodologis, maka para peneliti telah mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan selingkuh. Yang di mulai dari memahami konsekuensinya, dan mencoba mengembangkan strategi untuk mengatasi atau mencegahnya.

Pada saat melakukan penelitian ini, menunjukkan bahwa ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi seseorang untuk terlibat dalam perilaku selingkuh. Dan dari itu salah satu faktor yang paling sering di sorot adalah ketidakpuasan dalam hubungan saat ini. Karena faktor ketidakpuasan inilah yang dapat berasal dari berbagai sumber. Misalnya termasuk kurangnya komunikasi, ketidakcocokan kebutuhan, atau konflik yang tidak dapat di selesaikan. Bahkan jika ketika seseorang merasa tidak puas dalam hubungannya, ia mungkin mencari kepuasan emosional atau fisik di luar hubungan tersebut, yang dapat memicu perilaku selingkuh.

Selanjutnya selain dari faktor-faktor pribadi, namun faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi tindakan selingkuh. Yang misalnya, seperti norma sosial yang menghargai atau membenarkan tindakan selingkuh dapat meningkatkan kemungkinan seseorang untuk terlibat dalamnya. Lalu kemudian juga karena ketersediaan kesempatan untuk selingkuh, seperti kehadiran aplikasi kencan online. Atau bahkan juga lingkungan kerja yang mendukung pertemuan dengan orang-orang di luar pasangan, juga dapat memperkuat perilaku selingkuh.

Dan bahkan juga para penelitian telah menyoroti konsekuensi negatif dari tindakan selingkuh, baik bagi individu yang terlibat maupun bagi hubungan antara mereka. Di mana yang secara emosional, tindakan selingkuh dapat menyebabkan rasa bersalah, kecemasan, atau depresi. Serta juga hilangnya kepercayaan yang rusak dan perasaan pengkhianatan dapat menghancurkan ikatan dalam hubungan dan menyebabkan trauma psikologis yang serius. Walaupun demikian, penelitian juga menunjukkan bahwa beberapa pasangan mampu pulih dari ketidaksetiaan dan dapat memperbaiki hubungan mereka. Dengan mengikuti terapi pasangan atau konseling dapat membantu pasangan untuk memahami akar penyebab perilaku selingkuh.

Gen DRD4 Yang Dapat Mempengaruhi Sifat Selingkuh

Selain itu juga terdapat Gen DRD4, yaitu singkatan dari Dopamine Receptor D4, yang telah menjadi subjek penelitian yang menarik dalam bidang genetika perilaku manusia. Karena gen inilah yang mengkodekan reseptor dopamin, yaitu sebuah neurotransmitter yang terlibat dalam pengaturan berbagai fungsi otak. Dan yang termasuk dalam kepuasan, motivasi, dan respons terhadap hadiah. Pihak dari penelitian juga telah menunjukkan bahwa variasi dalam Gen DRD4 Yang dapat mempengaruhi Sifat Selingkuh pada manusia.

Bahkan juga dalam salah satu penelitian yang mencolok dalam hal ini adalah penelitian yang di lakukan oleh sekelompok ilmuwan yang dipimpin oleh Justin Garcia dari Binghamton University. Dari sanalah mereka menemukan bahwa orang yang memiliki variasi gen DRD4 yang di sebut dengan allele 7R lebih cenderung untuk terlibat dalam hubungan yang tidak monogamis atau selingkuh. Gen Alel 7R ini merupakan salah satu variasi genetik dari gen DRD4 yang menyebabkan reseptor dopamin menjadi lebih aktif atau responsif terhadap dopamin.

Yang kemudian dalam studi ini menyoroti peran penting dopamin dalam mengatur respons emosional dan motivasi individu terhadap rangsangan tertentu, termasuk rangsangan seksual. Setiap individu yang dengan alel 7R cenderung memiliki tingkat dopamin yang lebih tinggi dalam otak mereka. Tentu hal inilah yang dapat membuat mereka lebih cenderung mencari kepuasan dan kegembiraan baru, termasuk dalam konteks hubungan intim. Akan tetapi, sangat amat penting untuk di ingat bahwa gen DRD4 tidak sepenuhnya menentukan perilaku pada seseorang. Namun justru kecenderungan terhadap perilaku selingkuh di pengaruhi oleh interaksi yang kompleks antara faktor genetik, lingkungan, dan pengalaman hidup individu. Dan serta selain itu, tidak semua orang dengan alel 7R akan terlibat dalam perilaku selingkuh, dan tidak semua orang tanpa alel 7R akan dapat setia. Hingga hal ini menunjukkan bahwa gen DRD4 hanyalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kecenderungan terhadap perilaku selingkuh.

Faktor Lain Yang Dapat Menyebabkan Perilaku Selingkuh

Tidak hanya faktor genetik saja yang dapat mempengaruhi tindakan selinguh ini. Namun kini terdapat juga faktor lain, seperti faktor lingkungan, psikologis, dan sosial. Ada juga beberapa Faktor Lain Yang Dapat Menyebabkan Perilaku Selingkuh, salah satunya ketidakpuasan dalam hubungan. Tindakan selingkuh ini adalah ketidakpuasan dalam hubungan yang saat ini. Ketidakpuasan ini bisa berasal dari berbagai sumber, seperti kurangnya komunikasi, ketidakcocokan kebutuhan, atau konflik yang tidak terselesaikan. Ketika seseorang merasa tidak puas dalam hubungannya, mereka mungkin cenderung mencari kepuasan emosional atau fisik di luar hubungan tersebut, yang dapat memicu perilaku selingkuh.

Selain itu juga ada beberapa individu mungkin merasa memiliki kebutuhan emosional atau seksual tambahan yang tidak terpenuhi dalam hubungan saat ini. Hingga membuat hal ini bisa menjadi dorongan bagi mereka untuk mencari kepuasan di luar hubungan mereka. Yah walaupun mereka mungkin masih memiliki ikatan emosional dengan pasangan mereka. Kemudian juga terdapat faktor lingkungan yang di mana dapat mempengaruhi perilaku selingkuh. Karena adanya ketersediaan kesempatan untuk selingkuh, seperti kehadiran aplikasi kencan online atau kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang di luar pasangan di lingkungan kerja atau sosial, dapat memperkuat kemungkinan Perilaku Selingkuh.